Wanita Perlu Waspadai Gangguan Dismorfik Tubuh

Wanita Perlu Waspadai Gangguan Dismorfik Tubuh (Foto : )

Gangguan dismorfik tubuh dapat menimpa siapa saja, namun kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan rentang usia 15 hingga 30 tahun. Gangguan dismorfik tubuh atau juga dikenal dengan body dysmorfic disorder merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan rasa cemas berlebihan terhadap kekurangan atau kelemahan fisik. Gangguan ini berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki, misalnya saat si penderita merasa bentuk tubuhnya  sangat tidak menarik, pipi yang terlalu tembam, hidung terlalu pesek, dan lain sebagainya. Para penderita gangguan ini seolah terobsesi dengan penampilannya, hingga menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyesali diri. Padahal seringnya orang lain tidak pernah mempermasalahkan penampilan mereka. Sama halnya dengan gangguaan kejiwaan lainnya, gangguan dismorfik tubuh juga memimbulkan dampak negatif bagi para penderitanya. Penderita kondisi ini sering merasa resah dan malu karena menganggap penampilan fisiknya buruk, sehingga kerap menghindari interaksi sosial dengan orang lain. Tidak jarang pula banyak penderita gangguan kejiwaan ini melakukan tindakan ekstrim, seperti operasi plastik guna memperbaiki penampilannya. Gangguan dismorfik tubuh dapat menimpa siapa saja, namun kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan rentang usia 15 hingga 30 tahun. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih rentan mengidap gangguan kejiwaan ini dibandingkan pria. Beberapa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh penderita gangguan dismorfik tubuh adalah:

  1. Penderita tidak dapat berhenti berpikir mengenai bagian tubuhnya dan percaya bahwa ada yang salah dengan tubuhnya, padahal sebenarnya itu tidak benar.
  2. Beberapa bagian tubuh yang sering dipikirkan seperti hidung, gigi, rambut, payudara, bekas luka, dan lain lain.
  3. Penderita sangat terobsesi dengan tubuh sehingga bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan kaca setiap harinya, hanya untuk sekedar mengecek bagian tubuhnya secara konstan.
  4. Sering datang ke salon, dokter kecantikan, dokter gigi untuk memperbaiki kekurangan yang ia rasakan, namun tetap tidak puas dengan hasilnya
  5. Setiap hari banyak menghabiskan waktu untuk dandan atau make up berlebihan, namun tidak suka jika difoto atau direkam.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat memastikan penyebab gangguan dismorfik tubuh atau body dysmorphic disorder (BDD) dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya yaitu riwayat pelecehan pada masa kanak-kanak, perasaan tidak dicintai oleh orang tua, dan riwayat penyakit tertentu yang berkaitan dengan penampilan. Selain itu juga ada teori mengenai adanya ketidakseimbangan cairan kimia (hormon serotonin) di dalam otak, yang berpengaruh terhadap kapasitas obsesi.