Seorang bintara polisi di Belu Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat komunitas buta aksara di perbatasan. Upayanya mengikis tingkat buta huruf di wilayah itu diganjar penghargaan tingkat nasional.
Bripka Krispianus Ola, anggota Bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Desa Kenebibi, Belu, NTT, awalnya resah dengan tingginya tingkat buta huruf warga.
Sebagian besar warga yang merupakan eks pengungsi Timor-Timur tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali.
Tergerak ingin membantu warga desa, Bripka Krispianus Ola yang biasa disapa Kresna, kemudian membentuk komunitas buta aksara dan pembangunan Rumah Merah Putih di daerah perbatasan.
Namun untuk mengumpulkan warga belajar bersama bukan perkara mudah karena kesibukan masing-masing. Lewat pendekatan terus menerus, akhirnya warga mau datang untuk belajar.
Awalnya, anggota komunitas ini belajar di bawah pohon dan membawa kursi sendiri. Selain mengajar, Kresna juga membelikan buku dan alat tulis untuk mereka.
Baru pada 2018, warga dapat belajar di ruang tertutup dengan adanya rumah merah putih. Dan saat ini juga ada sekolah kesetaraan paket A, B dan C, sehingga warga dapat memperoleh ijazah guna melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi.
Inisiasi program literasi Kresna ternyata mendapat perhatian Mabes Polri. ia pun meraih penghargaan peringkat dua Polisi Teladan Nasional 2019 atas pembangunan Rumah Merah Putih.
Apalagi Rumah Merah Putih yang dibangun Polres Belu ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar saja, tapi juga menjadi tempat aktifitas rohani dan serba guna warga.
Aprianto Nugroho I Belu, NTT