tahun lalu di Jakarta, dan di momen itulah dirinya bertemu dengan pembuat mesin daur ulang sampah menjadi minyak.[caption id="attachment_251348" align="aligncenter" width="900"] Proses mengubah plastik menjadi cairan bakal minyak (Foto Tangkap Layar Youtube)[/caption]Setelah itu, Maga berembuk dengan komunitas penggiat lingkungan dalam hal sampah di Banda. Dari hasil rembuk itu, diputuskan akan membeli mesin tersebut.Hanya saja, karena harganya yang terbilang mahal, yakni Rp150 Juta, maka yayasannya dibantu warga Jerman, Mare Uhn dan Patuta yang sudah cukup dikenalnya itu, sehingga bisa mendapatkan donasi bantuan dari MDC dimana Kedutaan Jerman membantu untuk membeli mesin daur ulang tersebut.[caption id="attachment_251349" align="aligncenter" width="900"] Cairan hasil olahan plastik bekas bisa digunakan sebagai minyak untuk sumber energi mesin (Foto Tangkap Layar Youtube)[/caption]Sementara untuk bangunan tempat pengolahan sampah, yayasannya dibantu Yayasan Tirto Utama Foundation membeli lahan di sekitar TPA itu dan sudah mendapatkan persetujuan camat setempat. Apalagi karena yayasan ini bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yakni peduli terhadap lingkungan."Setelah mesin tiba di Banda dibantu teknisi untuk langsung ditempatkan pada gedung. Dari situ, sampah kita uji coba dan berhasil didaur ulang menjadi minyak,"terangnya.Atas keberhasilan mendaur ulang sampah ini, dirinya berniat untuk membantu masyarakat Banda serta memberikan edukasi bagi masyarakat di Banda agar sampah plastik jangan lagi dibuang sembarangan. Tetapi bisa dibawa ke gedung pengolahan atau diangkut oleh pekerja di yayasannya untuk diolah menjadi minyak."Insya Allah, kalau ini berjalan lancar, kita akan sistem barter, mungkin masyarakat datang bawa sampah plastik ke kita kemudian kita barter dengan minyak hasil daur ulang. Ini supaya masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan seperti di jalan, pantai maupun laut,"sambungnya.Disamping itu juga, kata Maga, yayasannya juga dibantu oleh Pemkab Maluku Tengah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dengan memberikan Bank Sampah."Jadi seperti yang beta (saya) bilang tadi, bank sampah ini fungsinya sebagai tempat kumpul sampah. Kalau masyarakat datang bawa sampah, kita barter dengan minyak hasil daur ulang, seperti begitu. Mudah-mudahan ini berjalan lancar,"ujarnya.Untuk bank sampah ini, kata dia, juga sudsh dilakukan sejak lama. Dimana bank sampah ditempatkan di lokasi-lokasi keramaian seperti adanya event. "Kalau event itu kita siapkan bank sampah, sehingga masyarakat tidak buang sampah sembarangan, tapi langsung ke bank sampah ini,"jelasnya.Langkah selanjutnya, tidak hanya jajaki daur ulang sampah jadi minyak, diakuinya juga program lain yang sudah berjalan adalah mendaur ulang sampah plastik menjadi dompet.Untuk yang satu ini, jelasnya, sampah plastik yang didaur adalah sampah plastik yang mengandung alumunium seperti bungkusan kopi dan sebagainya.Hasil daur ulang ini jual ke wisatawan yang datang ke Banda dan juga dikirim ke Jerman untuk dijual di Jerman."Jadi memang sudah ada yang jual disana dompet daur ulang sampah dari Banda ini, tinggal dikirim saja. Dan juga dijual disini (Banda). Begitu juga dengan tas Laptop dibuat dari sampah plastik,"ungkapnya.Dengan adanya daur ulang sampah menjadi dompet ini, diakuinya, ada pemasukan bagi ibu-ibu yang menekuninya."Permintaan itu meningkat dan ibu-ibu disini juga bisa dapat uang tambahan dari sampah plastik itu karena sudah tidak dibuang atau dibakar lagi, tapi dari dapur mereka langsung kumpul untuk didaur menjadi dompet dan sebagainya,"ujarnya.Diceritakannya, awal mulanya dirinya bekerja sendiri mengumpulkan sampah buangan masyarakat di Desanya yakni Desa Merdeka. Lama-kelamaan berkembang jadi komunitas peduli sampah yang mengangkat sampah di kampung-kampung lainnya."Kalau yang awalnya itu pakai uang sendiri, disamping angkat sampah, kasi edukasi buat masyarakat. Kemudian teman dari Jerman, Mare Uhn lihat program saya berhasil, dikasi bantuan setiap bupan dua juta untuk edukasi di desa-desa. Lanjutnya di 2014, dia lihat sampah plastik banyak saya timbun di rumah, karena saat itu belum ada solusi mau diapakan. Lalu muncul ide recycling (daur ulang) sampah plastik itu jadi dompet. Awal-awalnya hanya gandeng guru dan relawan muda, sekarang sudah berkembang di delapan desa. Dan dari hasil penjualan dompet ini satu bulan bisa dapat uang dua sampai tiga juta per desa,"ceritanya.Di samping dua program itu, Maga juga menyebutkan ada dua program lain yang sudah berjalan berkaitan dengan sampah plastik ini, yakni Sekolah Bebas Sampah yang sudah diterapkan di SDN 5 Banda Neira dan Rumah Plastik."Sekolah bebas sampah ini jadi siswa sudah punya botol minum sendiri. Begitu juga kalau mereka ke kantin, sudah ada gelas masing-masing yang disiapkan kantin. Jadi kita berencana terapkan di semua sekolah di Banda tapi masih tunggu rekomendasi dari Dinas terkait dulu,"jelasnya.Sementara untuk Rumah Plastik ini, kata dia, baru terapkan di Desa Lontoir."Jadi sampah plastik dari rumah tangga tidak perlu dibuang sembarang lagi, nanti ada petugas kami yang datang ambil ke rumah-rumah. Rencananya kita akan kembangkan di empat desa lain yakni di Selamon, Walang dan Boiauw. Jadi ini salah satu cara mengedukasi masyarakat supaya jangan lagi buang sampah sembarangan,"pungkasnya. Berikut video cara mendaur ulang sampah plastik menjadi Minyak Bahan Bakar yang dipublikasikan oleh Kementerian Perindustrian RI: https://youtu.be/zqqliCecmns