Meriam Puntung menyimpan misteri. Konon penjelmaan adik Putri Hijau, putri yang kecantikkannya tersebar ke seluruh negeri. Berkunjung ke Istana Maimun, Medan, jangan lupa untuk menapaktilasi sejarah Meriam Puntung yang sarat akan misteri dan mitos.Meriam Puntung ditempatkan di sebelah kanan Istana Maimoon di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimoon.Meriam Puntung tidak bisa dilepaskan dengan eksistensi budaya masyarakat Deli karena merupakan saksi bisu. Konon Meriam Puntung adalah jelmaan adik dari Putri Hijau, penguasa Kerajaan Haru.Kalau berkunjung jangan lupa menempelkan telinga ke badan meriam, akan terdengar suara dengungan yang mirip tangisan. Banyak pengunjung yang datang dari berbagai kota yang mencoba menempelkan telinga ke badan meriam. Ada yang mengatakan mendengar suara dengungan, ada pula yang bilang mendengar suara seperti orang merintih atau menangis.“Seolah-olah ada yang menangis. Cuma sayup-sayup, ga terlalu jelas,”ungkap Wati, pengunjung Meriam Puntung dari Jambi.Cerita Mariam Puntung berawal, Raja Aceh ingin meminang Putri Hijau yang terkenal paras kecantikannya. Namun karena Putri Hijau tidak mau menuruti keinginan sang raja, maka terjadilah perang untuk mempertahankan tahta kerajaan.Saat terjadinya perang, saudara laki-laki Putri Hijau menjelma menjadi ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang terus menembaki tentara Aceh.Karena menembak terus menerus, meriam itu panas sehingga pecah atau puntung. Sisa “pecahan” meriam itu hingga saat ini ada di dua tempat, yakni di Istana Maimoon,dan di Desa Sukanalu (Tanah Karo).