Pertandingan pamungkas babak penyisihan Grup Timur, Liga2 Indonesia yang mempertemukan PSIM Yogyakarta melawan Persis Solo, atau kerap disebut "Derby Mataram", diwarnai dengan kericuhan yang melibatkan pemain hingga suporter.
Pertandingan penutup ini sangat menentukan kelolosan sejumlah tim ke babak delapan besar, jalan menuju promosi ke Liga1. Tak heran jika berlangsung dengan tensi tinggi. Persis Solo akhirnya menang 3-2 atas PSIM, namun kedua tim sama-sama tidak lolos ke babak delapan besar, karena kalah poin dengan tim lain.
Petandingan yang berlangsung di di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10) sore WIB, berjalan dengan tempo tinggi, saling serang sejak Kick Off. PSIM sempat beberapa kali mendapat peluang melalui, penyerang mereka yang juga mantan pemain Timnas Indonesia, Cristian Gonzales namun belum membuahkan gol.
Persis Solo yang melayani permainan terbuka PSIM, lebih dulu unggul lewat gol yang dicetak Hapidin di menit ke-25. Tertinggal 0-1, PSIM Yogyakarta kembali menekan dan berhasil menyamakan skor melalui tandukan Gonzales di menit ke-38. Hanya berselang sepuluh menit, pemain Persis Solo, Nanang Asripin, mendapat peluang namun dianulir wasit karena offside.
[caption id="attachment_240836" align="alignnone" width="900"] Berawal dari ketegangan pemain menjalar ke suporter (Foto : Solopos.com - Jumali).[/caption]
Memasuki babak kedua, PSIM bermain lebih terbuka dengan mengandalkan umpan-umpan pendek. Akan tetapi, Persis malah kembali menjebol gawang PSIM melalui tendangan Slamet Budiono di menit ke-57. Tak hanya itu, Persis Solo memperlebar keunggulan melalui gol Nanang di menit ke-61. Beberapa menit setelah gol ketiga Persis, PSIM memperkecil keadaan menjadi 2-3 melalui gol kedua Gonzales.
Ketegangan mulai terjadi mendekati menit-menit akhir. Beberapa kali gesekan fisik antar pemain, atau pelanggaran memicu emosi kedua pemain di sejumlah momen. Tak jarang pelanggaran diikuti kericuhan antar pemain.
Puncak kericuhan terjadi di menit menit akhir jelang akhir pertandingan, sekitar pukul 17 25 WIB, berawal dari ketegangan emosi antar pemain kedua tim. Achmad Hisyam, pemain PSIM Dikartu merah wasit, karena menyerang pemain Persis Mochamad Shulton Fajar. Pemain PSIM kesal karena mengaggap pemain Persis sengaja mengulur-ulur waktu. Selepas insiden ini, tensi emosi pertandingan kian meninggi. Beberapa menit kemudian, pemain PSIM lainnya, Raymond Ivantonius Tauntu, juga mendapatkan kartu merah oleh sang pengadil lapangan karena melakukan tendangan terhadap pemain Persis.
Disaat kondisi dalam lapangan sudah memanas, emosi para suporter di tribun ikut tersulut dan turun ke lapangan. Wasit akhirnya menghentikan pertandingan karena terlalu banyak penonton di lapangan. Polisi segera ikut turun tangan melindungi pemain dan aparat pertandingan, dari kekerasan dan jatuhnya korban. Kepanikan terasa di lapangan, beberapa penonton perempuan dan anak-anak ikut kebingungan dan ketakutan.
Polisi akhirnya mengeluarkan gas air mata, untuk membubarkan massa, karena beberapa oknum suporter ternyata juga nekat melakukan penyerangan dan perusakan fasilitas stadion dan mobil aparat keamanan. Selain rusak, beberapa mobil aparat terbakar.
[caption id="attachment_240837" align="alignnone" width="900"] Beberapa mobil aparat terbakat akibat amuk oknum suporter. (Foto : krjogja.com - Satrio Witjaksono).[/caption]
Sekitar pukul 18 30 WIB, situasi mulai terkendali, setelah beberapa suporter sudah meninggalkan stadion. Skor akhir pertandingan tetap, Persis Solo menang 3-2 atas PSIM Yogyakarta. Namun kemenangan tak membuat Persis lolos ke babak delapan besar, karena di pertandingan lain, Martapura FC menang 1-0 atas PSBS Biak sehingga lebih berhak lolos.
Empat tim dari wilayah timur yang lolos ke Babak Delapan Besar Liga2 adalah : Persik Kediri, Persewar Waropen, Martapura FC, dan Mitra Kukar. Wakil Grup Barat : Persiraja Banda Aceh, PSMS Medan, Sriwijaya FC, dan Persita Tangerang.