Gelang Botiga dipercaya bisa membuat pasangan suami istri tak akan berpisah. Jalinan cinta akan langgeng dan hanya terputus jika salah satunya telah meninggal dunia. Pemakaian gelang botiga dilaksanakan saat upacara adat suku Kaili menyambut calon menantu di rumah mertua. Gelang Botiga dipakaikan kepada calon menantu sebelum masuk ke dalam rumah. Gelang tersebut terbuat dari manik-manik berwarna hitam dan putih.[caption id="attachment_238922" align="alignnone" width="900"] Gelang botiga yang dipakai dalam acara Nokambu Osengguni bermanik-manik hitam dan putih.[/caption]Izmat Mutaher, tokoh suku Kaili, menjelaskan warna hitam dan putih melambangkan dua orang yang baru menikah telah menjadi satu pasangan yang tak terpisahkan. Menurutnya, gelang tersebut tidak harus dipakai selamanya. Biasanya hanya seminggu setelah adat penyambutan menantu. Meski hanya seminggu, pemakaian gelang botiga sudah terbukti ampuh membuat pasangan suami istri tetap utuh. Sepengetahuan Izmad, dia tidak pernah mendengar ada pasangan bercerai setelah memakai gelang botiga dalam acara adat." Setahu saya, tidak ada yang berpisah dengan suami ataupun istri. Kalaupun ada karena salah satunya telah meninggal dunia ," ungkap Izmat, Senin (14/10/2019) di Palu, Sulawesi tengah.Izmat menambahkan, kalaupun ada pasangan yang bercerai semasa hidup, biasanya tidak direstui orang tua atau kawin lari.Pemasangan gelang botiga merupakan rangkaian upacara Pitum Pole, Adat suku Kaili yang masih sering dilakukan di Kabupaten Donggala, Sulwesi Tengah. Sebelum dipakaikan gelang, menantu ditaburkan beras untuk keselamatan. Setelah dipakaikan gelang, kemudian pasangan yang telah menikah dimandikan dengan air kembang yang disebut diopasili.Saat dimandikan pasangan suami istri duduk di atas kayu tenun. Kayu tenun tersebut diletakkan di atas buah kelapa. Jadi kursi kayu tenun tersebut seperti sebuah timbangan. Jadi tak mudah duduk berdua di atasnya. Tentu bukan tanpa maksud. Pasangan suami istri harus saling menjaga keseimbangan agar salah satu dari tetap bisa duduk dan tak ada yang terjatuh.Sementara kaki suami menginjak kapak dan rumput sementara kaki istri menginjak rumput saja. Kapak merupakan simbol alat kerja dan sawah. Suami harus bekerja untuk menafkahi istri. Sedangkan istri juga membantu pekerjaan suami.Setelah selesai dimandikan, pasangan suami istri berdiri berbarengan. Berdiri berbarengan tujuannya adalah tidak ada yang saling mengalahkan. Setelah itu, kepala hingga kaki bagian belakang suami istri dupukul dengan tangkai bunga pinang. Tujuannya untuk menghilangkan pegal-pegal setelah mereka berhubungan intim sebagai suami istri. Ritual ini biasanya dipimpin nenek atau ibu mertua yang sekaligus membaca tujuh macam doa dalam rangkaian acara mandi kembang.[caption id="attachment_238925" align="alignnone" width="900"]