Rekor Dunia Mengingat Pecah Di Bali, Indonesia Berhasil Raih 3 Gelar Grandmaster Di Asia Open Memory Championship 2019

Lkhagvadulam Enkhtuya, remaja 17 tahun dari Mongolia, memecahkan rekor dunia mengingat urutan kartu remi acak (Foto : )

Lkhagvadulam Enkhtuya, remaja 17 tahun dari Mongolia, memecahkan rekor dunia mengingat urutan kartu remi acak untuk kategori junior atas namanya sendiri pada Kejuaraan Daya Ingat Asia 2019, yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Bali, kemarin 5 Oktober 2019. Pemegang sepuluh rekor dunia junior di bidang memory sport ini dalam jangka waktu 30 menit  berhasil mengingat dengan tepat urutan lebih dari 18 tumpuk kartu remi. Ia membuat kesalahan di kartu ke-43 pada tumpukan ke-19. terhenti di  memecahkan rekor atas namanya sendiri. Secara total, gadis ini mengingat 978 kartu tanpa keliru sedikitpun. Ia pun berhasil menjadi Juara Umun pada kejuaraan ini. Atlet Indonesia pun tidak kalah berkilau dalam kejuaraan yang diadakan oleh Indonesia Memory Sports Council (IMSC) dan Global Alliance of Memory Athletics ini. Di nomor Mengingat Wajah dan Nama, Janet Valencia, Siswi  SMA Regina Pacis Bogor merebut medali emas dan Rinaldy Adin dari SMA Negeri 8 Jakarta merebut perunggu. Janet mampu mengingat 112 wajah dan nama, sedangkan Rinaldy 103. Yossyifa Zahra, siswi SMA Negeri 1 Depok menyabet medali emas junior di nomor 15 menit Mengingat Urutan Kata Acak (Random words), menyingkirkan pesaing berat dari Mongolia dan Cina. Janet maupun Yossyifa sama-sama memecahkan Rekor Nasional di nomor-nomor tersebut. Pada kategori Kids, M. Daffa Dhiyauddin , siswa SMP Labschool Cibubur, berhasil meraih dua peruggu pada cabang Wajah dan Nama dan Kata Acak. Sementara Grandmaster memori Indonesia Shafa Anissa dari SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta menyabet perunggu di nomor Mengingat Gambar Acak (Random Images). Shafa berhasil menjadi peserta Indonesia dengan perolehan nilai tertinggi dan secara tim Indonesia menjadi juara ke-3 overall setelah China diposisi ke-2 dan Mongolia diposisi pertama.   [caption id="attachment_237695" align="alignnone" width="1080"] Shafa berhasil menjadi peserta Indonesia dengan perolehan nilai tertinggi dan secara tim Indonesia (dok. IMSC)[/caption] Dalam ajang bergengsi ini, 3 peserta Indonesia berhasil meraih gelar Grandmaster Memory setelah minimal mengingat 600 angka dalam 30 menit, 6 deck kartu (312 kartu) dalam 30 menit, dan 1 deck kartu dibawah 2 menit. Mereka ialah Aulia Nadia (13 tahun), Yossyifa Zahra (15 tahun), dan Amira Tsurayya Muniruzaman ( 17 tahun). Dengan pencapaian ini, Indonesia memiliki total 9 Grandmaster Memory. Kejuaraan yang mengadu kecepatan dan ketepatan atlet dalam mengingat berbagai informasi ini mempertandingkan 10 nomor yang mencakup tantangan mengingat ribuan angka, wajah dan nama, gambar, dan kartu. Sebanyak 114 atlet dari berbagai negara seperti Cina, Jepang, Korea, Mongolia, Filipina, juga Perancis dan Polandia, hadir ke Bali untuk memperebutkan puluhan medali di tiga kelompok umur, anak-anak, junior dan dewasa serta Gelar Grandmaster Memory [caption id="attachment_237699" align="alignnone" width="1080"] .Sebanyak 114 atlet dari berbagai negara seperti Cina, Jepang, Korea, Mongolia, Filipina, juga Perancis dan Polandia, hadir ke Bali.  (dok. IMSC)[/caption] Kejuaraan resmi dibuka oleh Deputi 4 Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dr. ER Yuni Poerwanti didampingi oleh Pejabat Kesekjenan Kementerian Pendidikan Nasional RI serta Pemprov Bali.  Menurut Ibu Yuni , memory sports ini sejalan dengan program Pemerintah dalam mendorong pengembangan sumber daya manusia Indonesia dan peningkatan prestasi, “Olahraga otak seperti ini perlu dimasifkan bersama-sama dengan dunia pendidikan.” [caption id="attachment_237702" align="alignnone" width="1280"] Kejuaraan resmi dibuka oleh Deputi 4 Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dr. ER Yuni Poerwanti. (dok. IMSC)[/caption] Gubernur Provinsi Bali dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten Gubernur Bidang Kesra Ni Luh Made Wiratmi menyambut baik inisiatif IMSC menyelenggarakan acara ini di Bali. Menurut Presiden IMSC Yudi Lesmana, prestasi anak-anak Indonesia sangat membanggakan. Di tengah dominasi atlet Mongolia yang didukung penuh oleh pemerintahnya melalui Mongolian Intellectual Academy, Janet, Shafa, Rinaldy, Yossyifa dan atlet-atlet muda lainnya mampu bersaing dan mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. “Tingkat persaingan makin ketat, rekor-rekor terus dipertajam. Kita harus mencetak atlet-atlet baru dari berbagai sekolah di seluruh Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan membuat kompetisi daya ingat antar sekolah secara berjenjang dari daerah, nasional sampai ke tingkat kejuaraan daya ingat dunia. Kami perlu dukungan Pemerintah, masyarakat, khususnya orang tua dan dunia usaha untuk merealisasikan hal tersebut.” Sehari sebelumnya, dalam rangkaian kejuaraan Asia ini menuju kejuaraan dunia di Cina Desember nanti, IMSC mengadakan seminar Meningkatkan Daya Ingat dan Strategi Belajar di Gedung Telkomsel di Renon, Denpasar, dengan menghadirkan pembicara-pembicara para Grandmaster Memori dan praktisi dari berbagai negara peserta.