Ada seorang kusir delman di Bekasi, Jawa Barat, merawat sebanyak 374 orang dengan gangguan jiwa atau gila. Berikut kisahnya. Mungkin tidak sedikit dari kita yang akan bereaksi takut, tidak mau dekat-dekat bahkan peduli kepada orang gila saat bertemu di jalanan.Tapi tidak dengan Marsan Susanto. Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai kusir delman ini, justru 27 tahun sudah mengabdikan dirinya untuk merawat jiwa-jiwa yang resah.Kini sudah ada 374 orang gila atau ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang ia tampung di Yayasan Al-Fajar Berseri, miliknya, di Kampung Pulo Desa Sumberjaya, Tambun, Bekasi, Jawa Barat.Awalnya, Marsan adalah seorang kusir delman. Pada tahun 1992, hati nuraninya terhentak untuk merawat orang gila setelah melihat sedang makan dari bungkusan yang dikerubungin lalat yang diambilnya dari tempat pembuangan sampah yang ada di sebuah komplek perumahan di Bekasi.“Jadi dulu saya kusir delman tahun 1992, pekerjaan saya tiap hari narik anak-anak komplek itu keliling. Beberapa kali saya lihat ada orang gangguan jiwa yg berhari-hari di tempat pembuangan sampah. Saat ketiga kalinya, saya lihat dia sedang makan di kantong plastik yang sudah dikerubungin lalat,” ceritanya.Sejak melihatnya, saat malam hari, ia kepikiran. Dirinya pun memutuskan pada keesokan harinya membawa orang gila itu ke rumahnya. Lalu mencukur rambut dan memandikan serta memberi makan. Istri Marsan heran atas apa yang itu dilakukan oleh suaminya.“Nah disitu istri saya bertanya-tanya kok orang gila dibawa, apa enggak membahayakan orang lain?. Setelah sudah mandi dan makan, saya suruh dia (orang gila) di kandang kuda. Saya semalaman hampir nungguin mereka,” tuturnya.Tak mudah bagi Marsan untuk merawat orang tak waras tersebut. Belum lagi saat itu, ia sedang memiliki anak yang masih menyusui. Namun upaya pria kelahiran Bekasi 12 jJli 1971 ini, membuahkan hasil. Orang gila yang dirawatnya mulai nyambung. “1 bulan, 2 bulan, mulai bisa bicara nama, alamat. Saya tanya berulang-ulang, jawabannya tidak berubah. Menurut pemikiran saya berarti bener, namanya Rudi, alamat di Kerawang. Setelah 3 bulan, saya memvonis dia kamu pulang ke Kerawang tahu nggak?,”“Tahu,” jawab Rudi.“Nah kamu dari Kerawang ke Bekasim, jalan kaki atau naik kendaraan?,” tanya Marsan.“Jalan kaki pak,” jawabnya.“Berapa lama,” tanya Marsan.“Lupa,” jawab Rudi.“Terus saya tulis nama saya dan alamat dia. Saya kasih ongkos dah tuh pulang ke Kerawang. 3 hari (kemudian) datanglah dia (Rudi) sama orangtuanya. Lalu ia nunjuk saya, bapak ini yang rawat saya selama 3 bulan,” ujarnya.Lantas ibunya Rudi ingin mencium kaki Marsan. Sontak ia pun langsung mengangkat kakinya agar tak dicium oleh wanita tersebut.“Ibunya mau cium kaki saya, saya angkat. Ibunya meluk saya kira-kira beberapa detik, baru bicara. Pak, saya terimakasih banyak,” ujar Marsan.Wanita itu menceritakan bahwa Rudi (anaknya) sudah sekira 5 tahun tidak pulang ke rumah. Tahlilan sudah digelar karena menganggap Rudi sudah meninggal dunia.“Disitu saya berharga untuk orang lain, walaupun saya cuma sebatas kusir andong,” tuturnya.Dari pengalaman itulah, Marsan tergerak untuk menampung dan merawat orang dengan gangguan jiwa.“Mulai tahun 1992 sampai tahun 2005 terkumpulah orang-orang seperti ini (orang gila) hampir 20 orang. Nah sementara tempat saya sempit dan biaya makannya (bertambah). Akhirnya saya ngutang di warung,” ucapnya.“Kalo seperti ini bapak ambil-ambil aja, bayarnya nggak jelas, saya bisa bangkrut,” curhat pemilik warung kepada Marsan.Namun seiring bertambahnya orang yang dirawatnya, bertambah pula beban biaya untuk menghidupi mereka. Lalu ia memutuskan menjual kudanya.Bagaimana kisah Marsan selengkapnya?, tonton video “Kisah Kusir Delman Merawat 374 Orang Gila” berikut ini.https://www.youtube.com/watch?v=fpWNjaVH_U8&feature=youtu.be
Kisah Kusir Delman Merawat 374 Orang Gangguan Jiwa
Minggu, 6 Oktober 2019 - 18:54 WIB
Baca Juga :