Joker, Konon Katanya Orang Baik yang Jadi Jahat Karena Diremehin

Joker, Konon Katanya Orang Baik yang Jadi Jahat Karena Diremehin (Foto: Istimewa) (Foto : )

Film Joker sering digambarkan sebagai film yang berkisah tentang orang baik-baik, berubah menjadi penjahat karena diremehkan oleh lingkungannya. Film Joker sering menuai kontroversial hingga menjadi masalah keamanan di Amerika Serikat dan terus manjadi perdebatan pada hari-hari penayangan pekan perdana, tak terkecuali Joker yang baru saja dirilis. Film Joker yang mengangkat kehidupan tokoh penjahat paling terkenal di dunia superhero, yang resmi dirilis Jumat (4/10/2019), jelang pemutaran perdananya, film ini sudah menimbulkan banyak kontroversi. Ya... dalam pekan terakhir ini, beberapa media di Amerika melaporkan pihak kepolisian yang telah mengeluarkan peringatan bagi para personilnya, dengan menyebut ancaman penembakan massal yang 'potensial' di hari pemutaran film Joker. Peristiwa tujuh tahun lalu, di mana seorang pria melepaskan tembakan saat pemutaran sekuel film Batman, The Dark Knight Rises di kota Aurora, negara bagian Colorado, menyebabkan 12 orang tewas dan 70 orang lainnya mengalami luka-luka. Otoritas setempat khawatir serangan saat pemutaran film The Dark Knight Rises pada Juli 2012 akan terulang. Terkait peristiwa di Aurora, keluarga korban penembakan meminta agar bioskop-bioskop tidak memutar film Joker dan sejumlah pemilik bioskop di kota itu sepakat untuk tidak menayangkan film tersebut. Pihak keluarga korban juga melayangkan surat kepada Warner Brothers, produser film Joker untuk menyumbangkan dana kepada kelompok-kelompok yang membantu para korban kekerasan senjata. Dalam surat itu, mereka mendesak Warner Brothers untuk menghentikan kontribusi politik terhadap para kandidat (politisi) yang memberikan suara untuk menentang reformasi senjata. "Kami meminta Anda untuk menjadi bagian dari suara para pemimpin perusahaan yang memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial menjaga keselamatan kami," demikian bunyi surat yang dilayangkan ke studio film seperti dikutip The Hollywood Reporter. Salah seorang kerabat korban penembakan Aurora mengatakan, bahwa film Joker mengingatkannya pada James Holmes, pria yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena peristiwa pembantaian itu. "Saya tidak perlu melihat foto (Holmes). Saya hanya perlu melihat promo Joker dan saya melihat foto si pembunuh,"kata Sandy Phillips, yang kehilangan putrinya Jessica Ghawi, 24 tahun, kepada The HollywoodReporter. Bahkan di beberapa kota Amerika lainnya, sejumlah bioskop melarang para penonton mengenakan topeng, mengecat wajah atau memakai kostum, yang biasanya dilakukan saat peluncuran film-film superhero. Film Joker sendiri mengisahkan tentang Arthur Fleck, seorang komedian yang mengalami gangguan mental yang akhirnya melakukan tindakan kriminal. Menurut ulasan pers, film ini dibumbui dengan adegan kekerasan realistis, bahkan beberapa kritikus film di AS menuduh sang sutradara film, Todd Phillips terlalu mengagungkan narasi Fleck. Richard Lawson, dari majalah Vanity Fair menulis bahwa, film tersebut mungkin merupakan propaganda yang tidak bertanggung jawab untuk orang-orang yang memang patologis. "Apa film Joker ini untuk memuji-muji atau menakut-nakuti seseorang? Atau, tidak ada bedanya sama sekali?" tanya Lawson. Sutradara Todd Phillips maupun aktor Joaquin Phoenix yang bermain sebagai pemeran utama dalam film Joker tidak sepakat dengan beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Joker mengagungkan kekerasan dan mengaku terkejut dengan kontroversi yang beredar. "Film ini mengangkat soal kurangnya rasa cinta, trauma masa kecil dan kasih sayang di dunia. Saya pikir orang-orang bisa menangkap pesan itu," tutur Phillips dalam wawancara promo film pekan lalu. "Bagi saya, seni memang seharusnya rumit. Jika Anda ingin seni yang tidak rumit, Anda mungkin cocok belajar kaligrafi." tambah Phillips. Terkait dengan beberapa pertanyaan soal filmnya yang mempromosikan kekerasan, Phoenix membela film tersebut. "Orang-orang suka salah mengartikan lirik dari lagu. Mereka suka salah mengartikan bagian-bagian dalam buku. Jadi saya tidak berpikir bahwa menjadi tanggung jawab pembuat film untuk mengajarkan moralitas penonton atau perbedaan antara benar dan salah," katanya. Sang aktor sendiri juga mengatakan sangat menikmati ketidaknyamanan yang disebabkan oleh film tersebut. "Saya rasa hal yang baik ketika film membuat kita merasa tidak nyaman atau membuat kita berpikir dengan cara berbeda. Saya senang," jelas Phoenix. "Itu sebabnya saya ingin membuat film ini, karena itu tidak mudah bagi saya dan saya merasakan beragam perasaan terhadap Joker saat menyiapkan peran tersebut." ujar Phoenix. Sejatinya, Phoenix sebagai Joker lah yang diduga menjadi kontroversi karena Ia dikenal sebagai aktor yang suka melakukan pendekatan mendalam terhadap karakter yang dimainkannya, dan jika dilihat dari trailernya Phoenix memerankan tokoh tersebut dengan baik. Kekaguman sebagian orang terhadap tokoh-tokoh "bandit" seperti The Joker atau Darth Vader dalam film Star Wars juga menjadi bahan perbincangan. Lantas bagaimana sebenarnya duduk perkara tentang penokohan Joker sebagai bandit yang mampu mengubah kejiwaan seseorang? "Kami memahami godaan. Sebagian dari kita akan senang membayangkan apa yang akan kita lakukan jika tidak dibatasi," kata psikolog Travis Langley, kepada stasiun radio Amerika KOA. Langley adalah penulis buku The Joker Psychology - Evil Clowns and The Women Who Love Them sekaligus seseorang yang gemar membahas kejiwaan karakter-karakter fantasi. "Para penjahat menggerakkan cerita-cerita semacam ini, karena pahlawan adalah karakter reaktif - mereka bereaksi terhadap sesuatu yang telah dilakukan penjahat. Ketika mereka proaktif, orang cenderung melihat mereka sebagai penjaga." beber Travis Langley. Promosi negatif Joker tidak dipengaruhi oleh apa yang terjadi sebelumnya ketika karakter tersebut juga sempat digambarkan dalam film yang lain, sebagai contoh Heath Ledger, yang memerankan Joker dalam film The Dark Knight (2008), meninggal karena overdosis obat tak lama setelah filmnya dirilis. Ledger memerankan karakter itu dengan kuat sampai-sampai diganjar penghargaan anumerta Oscar untuk Aktor Pendukung Terbaik tahun 2009, sebuah penghargaan unik untuk film-film superhero. Kematian Heath Ledger yang terlalu cepat pada tahun 2008 bahkan menciptakan rumor mistik di seputar film The Joker, namun belakangan diketahui bahwa kematian Ledger yang terlalu cepat juga menimbulkan desas-desus bahwa aktor Australia itu dihantui oleh karakter Joker. Jack Nicholson, aktor yang pernah memerankan Joker dalam film Batman tahun 1989 juga mengakui kuatnya karakter Joker. "Saya sudah memperingatkannya," kata Nicholson setelah diberitahu tentang kematian Ledger. Sementara pihak Warner Brothers tidak mau dipersalahkan terkait kuatnya karakter Joker. "Jangan salah: karakter fiksi Joker, maupun filmnya, tidak mendukung kekerasan dunia nyata dalam bentuk apa pun. Kami tidak bermaksud membuat karakter ini diangkat sebagai pahlawan." sebut perusahaan itu. Kuatnya karakter Joker juga membuat para pegiat kesehatan mental menyatakan kekhawatiran tentang bagaimana film itu akan menggambarkan penyakit mental. Menurut lembaga amal Inggris, Time to Change, yang berkampanye menentang diskriminasi kesehatan mental, stereotip masyarakat terhadap kondisi kejiwaan telah menghambat gerakan perubahan, yang mana kesalahan interpretasi serupa tidak terjadi terhadap isu lain seperti orientasi seksual atau ras. "Kami sudah mulai melihat beberapa perubahan dari stereotip 'buruk' di film-film, tetapi ada sejarah panjang penyajian yang keliru," kata Julie Evans, kepala komunikasi di lembaga amal tersebut, mengatakan kepada BBC. Film Joker sendiri diperkirakan akan memecahkan rekor pembukaan box office untuk bulan Oktober di Amerika Serikat, karena sejauh ini menuai banyak ulasan positif dengan mendapat rating 77% di situs web ulasan Rotten Tomatoes. Juga, kontroversi ini membantu membangkitkan minat dimana para analis box office memperkirakan bahwa film tersebut dapat meraup lebih dari AS$100 juta (Rp1,4 triliun) pada akhir pekan pembukaannya di Amerika Serikat. Ini akan menjadi rekor untuk film yang dirilis pada bulan Oktober. Film Joker juga meraih penghargaan tertinggi di Festival Film Venice, bahkan di akhir pemutarannya, sambutan tepuk tangan selama delapan menit terus menggema.