Ivana Lie Ingin Dikloning Seusia 18-19 Tahun, Ada Apakah?

ivana (Foto : )

Ivana Lie ingin dikloning seusia 18-19 Tahun, Ada apakah? Keinginan ini menyikapi kondisi prestasi atlet tunggal putri Indonesia yang jauh tertinggal dibandingkan tunggal putra, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.Ungkapan ini bukan lahir begitu saja dari bibir Ivana Lie, pebulu tangkis era 80-an, melainkan hasil pengamatan sejak beberapa dekade. Ivana Lie kendati tidak monumental namun prestasinya cukup gemilang. Ia runner-up Kejuaraan Dunia 1980, 1985, dan semifinalis All England di tahun 1981. Dulunya di tim Uber Indonesia merupakan tunggal putri kedua setelah Verawati Fajrin.“Kadang-kadang sih gregetan, rasanya pengen dikloning bisa umur 18-19 tahun,” ucapnya. “Sedih sih, mudah-mudahan ..., saya berdoa dalam waktu tidak terlalu lama akan muncul lagi bibit yang istimewa. Saya tidak bilang bagus, karena bagus saja tidak cukup, tapi perlu yang istimewa,” sambungnya.Tunggal putri yang dimiliki skuat pelatnas bulu tangkis Cipayung adalah Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, dan Lyanny Alessandra Mainaky. Penampilan Gregoria Mariska Tunjung menjadi salah satu yang disoroti dalam penampilan wakil Indonesia nomor tunggal putri di Korea Open 2019, beberapa pekan lalu. Ia termasuk yang melaju paling jauh, yakni perempatfinal. Lyanny gagal di babak kualifikasi, sedangkan Fitriani hanya mampu menembus babak kedua. Mengevaluasi permainannya sendiri Greogoria mengatakan kekuarangannya adalah sering mati bola di area permainan sendiri. Selain itu, kurang sabar melakoni permainan.Ivana melihat bahwa prestasi Gregoria yang paling menonjol di antara rekan-rekannya. “Namun masih perlu pembuktian. Prestasinya perlu diuji di turnamen yang diikuti pemain-pemain top dunia,” katanya dalam perbincangan dengan antvklik akhir bulan lalu.Menurut Ivana ada beberapa hal yang harus diperbaiki di sektor tunggal putri. “Yang utama adalah strength dan endurance. Kita ketahui misalnya kayak Tai Zhu-Ying (pebulu tangkis Chinnese Taipei), Akane (Yamaguchi, pemain Jepang) mereka bisa reli-reli bahkan tahan bermain hingga satu jam setengah,” kata Ivana.Pemain-pemain putri Indonesia staminanya belum menyamai mereka. “Kita bicara stamina itu, bicara tentang mental juga. Kita berani nggak melawan rasa capek, karena latihan fisik itu menantang dan paling membutuhkan semangat dan mental yang luar biasa,” katanya.Ivana melihat performa Gregoria ketika masih fit mampu meladeni pemain-pemain kelas dunia. “Karena secara teknik sudah mumpuni untuk bersaing. Hanya saja kekuarangannya di sisi fisik terutama saya tekankan lagi strenght dan endurance,” kata Ivana.