Mengenaskan, kondisi ribuan pengungsi di kawasan Lembah Argo, Desa Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Maluku, pasalnya, tidak ada satupun petugas medis di lokasi tersebut, padahal, banyak di antara pengungsi yang sedang sakit.Para pengungsi yang terdiri dari warga lanjut usia, orang dewasa hingga bayi dan anak-anak mengungsi ke lokasi tersebut sejak gempa bermagnitudo 6,8 mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) lalu.“Di sini ada beberapa orang tua yang sedang sakit, itu Ibu saya yang lagi duduk itu juga sedang sakit. Ada juga beberapa ibu hamil, yang satunya itu menderita asma,” kata Tadipura, salah seorang pengungsi.Menurut Tadipura, banyak pengungsi di lokasi tersebut juga mulai mengeluhkan pusing dan sakit kepala. Sayangnya, tidak ada obat-obatan yang tersedia, termasuk tenaga medis untuk memeriksa kesehatan para pengungsi.“Waktu hari pertama itu ada 4 tenaga medis dari Puskesmas yang datang, tapi setelah itu mereka tidak lagi datang sampai sekarang. Padahal ada banyak pengungsi di sini yang sangat membutuhkan mereka,” ujar Tadipura.Malahan, akibat ketiadaan tenaga medis, seorang pengungsi bernama Robet Kawilarang (70) meninggal dunia Jumat (27/9/2019) lalu dalam kondisi sakit saat gempa susulan terus mengguncang Kota Ambon.Menurut Tadipura, saat korban dalam keadaan sakit, tidak ada petugas medis yang datang untuk memberikan petolongan.Tiwery salah seorang pengungsi lainnya mengatakan, Pemerintah Kota Ambon seharusnya dapat membangun posko kesehatan di lokasi tersebut. Apalagi, ada ribuan pengungsi yang dalam kondisi sangat memprihatinkan di kawasan itu.“Harusnya dibangun posko kesehatan di sini, itu ada beberapa ibu hamil dan orang tua yang sakit, anak-anak dan bayi,” ujar Tiwery.Tiwery sendiri mengaku ikut mengungsi bersama keluarganya ke lokasi tersebut setelah rumahnya mengalami kerusakan parah saat gempa terjadi. Namun, hingga hari ini belum ada bantuan apapun dari Pemerintah Kota Ambon maupun para relawan kepada mereka di lokasi tersebut.“Setiap hari nama-nama kami ini didata, baik dari kecamatan maupun dari dinas terkait. Tapi tidak pernah ada bantuan yang datang. Hanya memang kemarin itu dari Tagana bawa 200 nasi bungkus, tapi itu tidak cukup. Kami di sini ada seribu lebih,” kata Tiwery.Adapun, tenda-tenda yang dibangun serta tikar yang ada di lokasi pengungsian merupakan tenda para pengungsi sendiri dan sisanya bantuan dari mahasiswa.Selain tidak ada obat-obatan dan tenaga medis, pengungsi di kawasan tersebut juga mengeluhkan kesulitan air bersih dan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK).Untuk buang air besar, pengungsi harus menumpang di rumah-rumah warga di sekitar lokasi pengungsian.“Air untuk masak dan minum itu kita beli setiap hari. Kalau mau buang air, kita harus minta bantu ke warga di sini,” ujar Tiwery.Pemerintah diharapkan dapat menyediakan air bersih bagi para pengungsi yang ada di lokasi tersebut. Selain itu, dia juga berharap agar pemerintah dapat segera menyalurkan bantuan kepada ribuan pengungsi di lokasi itu.“Di sini kita tidak pernah mendapat bantuan, padahal kita juga pengungsi yang butuh selimut, sembako, tikar dan tenda. Di sini setiap malam kita tidur berhimpitan, jadi tolong lihat kita juga di sini, jangan pilih-pilih,” pungkas Tiwery.
Belum Ada Bantuan dari Pemerintah dan Relawan, Kondisi Pengungsi Mengenaskan
Minggu, 29 September 2019 - 21:53 WIB
Baca Juga :