Sang mantan ikut-ikutan demo tolak RKUHP dan revisi UU KPK. Betapa tidak! Selama demo berlangsung hingga puncaknya, Selasa (24/9/2019), sang mantan selalu dibawa-bawa. Rupanya sulit menghapus kenangan sang mantan.
Simak pesan yang disampaikan mahasiswi cantik ini. Dia lebih rela kehilangan "kamu" daripada kehilangan KPK. Siapa kamu yang dimaksud di sini? Entahlah, bisa siapa saja, dan sangat mungkin itu sang mantan.
[caption id="attachment_232352" align="alignnone" width="1280"] Masih soal mantan yang dibanding-bandingkan dengan KPK.[/caption]
Ada pula yang membawa pesan ini. Masih berkutat soal mantan. Ada apa dengan mantan? Sampai-sampai cowok ini, meletakkan mantannya berbanding terbalik dengan keadilan. Jadi, mantan boleh mati, tapi keadilan ... jangan!
[caption id="attachment_232353" align="alignnone" width="953"] Poster mahasiswa isinya curcol soal mantan.[/caption]
Rupanya soal mantan tidak ada monopoli gender. Soal hati, tidak bisa disekat dalam pembagian jenis kelamin pria dan wanita, sama! Menyangkut hati, bisa menangis di medsos, menjerit ke langit, atau melarung nestapa di tepi pantai berharap angin dan air akan menggerus rasa.
[caption id="attachment_232354" align="alignnone" width="540"] Masih tentang mantan yang rupanya sangat menginspirasi poster demo.[/caption]
Ada juga yang menampilkan pesan dengan kreativitas berbeda. No comment! buat yang satu ini. Dua wanita cantik ini ikut meramaikan demo dengan membentang poster yang cukup menggelitik. Baca deh ...! Namun juga menyentuh wilayah-wilayah tabu dalam pilihan kata kunci pesannya.
Soal demo bukan cuma persoalan protes atas ketidakadilan. Persiapan harus sempurna. Bahwa nanti di medan demo terjadi hal-hal di luar perkiraan, itu bagian dari dinamika berdemo. Demi menyuarakan ketidakadilan itu lihatlah yang disampaikan mahasiswi ini. Bukan pesan perubahan, namun pesan moral bahwa harga skincare tak bernilai dibandingkan harga NKRI. Maklumlah, di kalangan aktivis mahasiswa dikenal istilah NKRI Harga Mati, atau biasa mereka tulis dalam jargon bahasa Inggris, "NKRI Price Die".
Kreativitas mahasiswa seperti sumur yang tak pernah kering. Untuk menolak pasal-pasal yang menyentuh ranah privat, pilihan kata yang digunakan pun langsung menukik ke intinya "Selangkangan".
[caption id="attachment_232357" align="alignnone" width="1071"] Mahasiswa tolak pasal-pasal yang menyentuh ranah privasi dalam RKUHP.[/caption]
Dan ada boom dari rentetan poster mahasiswa yang dibentangkan ke publik. Karena selama dua hari mahasiswa telah mengganggu penguna jalan di ruas tol Senayan menuju Slipi, Jakarta. Mahasiswa menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan para pengguna jalan.
Poster besar di ruas tol Semanggi-Slipi tepat di depan Gedung MPR-DPR RI menohok soal reformasi.Entah para pengguna jalan tol menerima permohonan maaf itu atau tidak, setidaknya poster berwarna kuning dengan tinta hitam sangat menyita retina. Impulsnya langsung disampaikan informasinya ke otak. Dan hanya yang punya otak yang bisa tertawa.
Kalau ada yang tak tertawa. Disarankan banyak-banyaklah makan otak-otak.