Kapal Onrust kepunyaan Belanda bisa dilihat di Sungai Barito. Kapal Onrust muncul ke permukaan. Ada apa?
Tahun ini Indonesia mengalami kemarau panjang. Di sejumlah daerah sejak bulan Juli sudah tidak lagi turun hujan. Salah satu daerah yang terkena dampak kemarau 2019 adalah wilayah Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Akibatnya air sungai Barito pun menyusut. Menyusutnya sungai Barito membuat warga bisa menyaksikan bangkai kapal Onrust yang tersembunyi di dalam sungai Barito sejak tahun 1859.
Kapal Onrust merupakan kapal uap buatan Belanda. Memiliki panjang 24 meter, dan lebar 4 meter. Dengan daya mesin uap 70 tenaga kuda. Kapal tersebut dibuat 15 September 1845 di pabrik Feyenoord. Diperuntukan untuk marinir angkatan laut Belanda.
Tahun 1859, kapal Onrust membawa 10 perwira. Di antaranya Letnan Laut Van der Velde, Letnan Banger C, Letnan I Laut Van Perstel dan Letnan II Laut Frederick Hendrik Van der Kop. Semuanya tewas dibunuh para pejuang yang dipimpin Tumenggung Surapati.
Selain 10 perwira, juga membawa 40 marinir dan 43 anak buah kapal. Onrust tenggelam 26 Desember 1859. Peristiwa itu diperingati Belanda dengan menyatakan 1 Januari 1860 sebagai Hari Berkabung Nasional.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga (Disbudparpora) Batara H Arbaidi, kemunculan Kapal Onrust ini hanya dapat disaksikan lima tahun sekali. Terakhir tahun 2014, 2009, 1959 dan sekarang 2019
"Tidak setiap tahun kita menyaksikan timbulnya Kapal Onrust. Bisa lima tahun sekali, walaupun kemarau setiap tahun tidak bisa kita menemukan bangkai Onrust.”
Kondisi Kapal Onrust sangat memprihatinkan. Badan kapal sudah tidak utuh. Banyak bagian kapal yang hilang..
“Yang tampak hanyalah delapan lambung mesin, bagian belakang, samping tengah dan bagian depan kapal. Itu pun besi kapal sudah berkarat,” kata Batara.
Menurut Batara sudah lama pemerintah Kabupaten Barito ingin mengangkat kapal Onrust dari dalam sungai Barito. Namun rencana tersebut belum terlaksana karena kurang biaya.
“Kita mau bawa Onrust ke darat biar bisa kita masukan museum. Juga bisa dijadikan ikon Barito. Agar anak cucu kita mengenal perlawanan para pejuang jaman Belanda dulu. Cuma lagi-lagi kita terbentur biaya,” kata Brata.
Beni Roska | Barito Utara, Kalimantan Tengah