Kisah para Vandalis membangun Anarkisme Negeri Bodhong United

Bodhong United! Kisah para Vandalis membangun Anarkisme (Foto : )

Ini hanya sekedar bacaan ringan. Coretan fiksi jelang maghrib. Kejadian yang tertulis bukanlah nyata. Kisahnya tentang anarkisme yang siuman di negeri para vandalis. Negeri ini berada jauuuh di ufuk barat sonoan dikit. Negeri itu namanya Bodhong United. Di negeri ini oligarki partai dan kaum superior akan menguasai segala lini. Istilah anarkisme tidaklah identik dengan aksi perusakan, kekerasan, dan premanisme. Anarkisme tidak ada hubungannya dengan aksi perusakan ataupun kekerasan. Aksi perusakan dan kekerasan lebih tepat disebut tindakan vandalisme. Ya, vandalisme! Lalu, apa itu anarkisme? Anarkisme adalah gagasan kondisi masyarakat tanpa figur pemimpin, tanpa hirarki kewenangan vertikal, tanpa bentuk otoritas apapun termasuk sistem pemerintahan. Gagasan tata politik ini bisa terjadi karena dorongan aktif kelompok masyarakat atau bisa juga terbentuk secara natural pada masyarakat pedalaman yang terisolasi. Itulah anarkisme! Di ufuk barat sonoan lagi, ada sebuah negeri Bodhong United. Negeri Badut! Masyarakatnya sedang berpesta pora. Mereka adalah kaum vandalis. Dimanapun mereka berada, gampang mencipta onar. Anarkisme di negeri itu kadang sadar, kadang siuman tiba-tiba. Di negeri sendiri, mereka tak terkendali. Apa-apa yang sudah dibangun penata sistem sosial dan politik bisa dengan mudah diobrak-abrik. Semuanya mengandalkan kekerasan kelompok. Vandalisme komunal! Mengerikan memang namun itulah yang terjadi. Pagi itu, kelompok-kelompok massa berteriak-teriak! Fasilitas umum dirusak! Dihancurkan! Dibakar! Kepulan asap bergumul pekat, membumbung ke angkasa. Benda-benda tak bergerak itu tiada yang berani melawan. Pasrah menghangus jadi arang dan debu. Kekacauan mulai tiba. Suasana kota makin mencekam. Sebagian besar kelompok antivandalism dan antianarkisme justru malah terintimidasi. Mengapa? Mereka mengedepankan musyawarah. Sayangnya dialog antikonflik ini tidak dikenal kelompok masyarakat vandalis. Sehingga mereka memilih diam, menjauh dari arena pesta pora kaum vandalis. Bukan mereka tidak peduli, namun memilih cara santun untuk menyelesaikan persoalan. Entah kenapa, akhir-akhir ini mereka sangat sensitif. Mudah tersinggung. Cepat marah. Gampang ngambek. Kata orang-orang sih mereka sedang melakoni Eforia Mumpung! Mumpung sedang diperhatikan seluruh jagat. Berekspresi sebebasnya. Kebebasan dalam Demokrasi yang salah kaprah. Kebablasan! Siapakah yang akan berjingkrak-jingkrak dengan kondisi ini? Mereka adalah para elit partai-partai, baik partai pemerintah maupun oposisi, yang sedang maupun pernah berkuasa dan telah lama mengeruk kekayaan negeri. Satu lagi yaitu pengusaha bermodal besar.  Merekalah yang akan menguasai negeri anarki. Negeri para badut. Kaum vandalis mesti paham apa itu free to speech (kebebasan dalam mengungkapkan pendapat), free to move (dapat bergerak dengan leluasa) kemudian, free to think (bebas untuk berpikir). Bukan free to destroy! Bisa jadi mereka beringas karena sudah lama “ditindas”. Baik secara ekonomi, sosial, maupun politik. Nah! Jika negeri yang bernama Bodhong United ini punya negeri induk, maka ada PR besar bagi negeri induknya. Ini kata Errico Malatesta: penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas! Mungkin negeri para badut ini sedang melalui vandalisme menuju anarkisme. Negeri ini sedang belajar memahami tahap-tahap menuju demokrasi. Mungkiiin … Note: Errico Malatesta (lahir di Santa Maria Capus Vetera, 14 Desember 1853 – meninggal di Roma, 22 Juli 1932 pada umur 78 tahun). Errico adalah seorang penganut sekaligus pemikir anarko-komunis. Bersama Pyotr Kropotkin, percaya bahwa revolusi anarkis akan segera terjadi. Dia banyak menghabiskan waktu hidupnya berada dalam pengasingan dari tanah kelahirannya Italia, dan lebih dari sepuluh tahun berada di dalam penjara. Pertama kali ditahan saat usia 14 tahun karena menulis surat kepada Raja Victor Emmanuel II, yang berisi kecaman atas ketidakadilan yang terjadi di daerahnya.