Iringan Prosesi Pembukaan (Foto: KBRI Quito)[/caption]Prosesi yang unik ini langsung menarik perhatian tamu yang hadir, termasuk ex Presiden Ekuador, kepala Protokol Wakil Presiden Ekuador, para Duta Besar dan kalangan diplomatik lain, pejabat Bank Dunia serta pejabat Bank Dunia di Ekuador, serta pejabat tinggi Ekuador lain, kalangan pendidikan tinggi, para pebisnis dan sahabat Indonesia.[caption id="attachment_229346" align="aligncenter" width="300"] Busana khas Betawai menjadi warna di Wonderful Indonesia Dalam Kehangatan Resepsi Diplomatik HUT ke 74 RI di KBRI Quito (Foto: KBRI Quito)[/caption]Usai menyampaikan pidatonya yang kali ini khusus menggunakan bahasa Indonesia, Duta Besar RI Quito melanjutkan prosesi pembukaan dengan tradisi khas Indonesia yakni pemotongan tumpeng dengan cara mengeruk nasi tumpeng.[caption id="attachment_229339" align="aligncenter" width="300"] Dubes Diennaryati Tjokrosuprihatono saat memberikan sambutan (Foto: KBRI Quito)[/caption]Dalam kesempatan itu, Dubes Diennaryati Tjokrosuprihatono menyampaikan mengenai makna tumpeng yang berasal dari Bahasa Jawa yakni "tumapaking penguripan tumindak lempeng tumuju pangeran", yang berarti bahwa setiap manusia harus berbuat baik sesuai perintah Tuhan yang maha kuasa, bersyukur atas semua anugerah yang diberikan Tihan YME.“Tumpeng merupakan tradisi Indonesia dalam memperingati hari-hari penting sebagai upaya untuk selalu mengingat Tuhan Yang Maha Kuasa", ujar Dubes Diennaryati Tjokrosuprihatono.Selain menyampaikan makna tumpeng, Duta Besar RI juga menyampaikan bahwa potongan tumpeng pertama biasanya diserahkan kepada orang yang paling penting atau dituakan, namun dalam kesempatan resepsi kali ini, potongan pertama diserahkan kepada Wakil Menteri Luar Negeri Ekuador yang juga menjadi Keynote speaker.