Audisi PB Djarum 2019 Berlanjut Tanpa Logo di Sisa 4 Kota

PB-Djarum akan menghentikan audisi umum beasiswa bulu tangkis tahun depan menyusul “Polemik Eksploitasi” anak dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).  Namun dalam audisi yang sudah terlanjur berjalan di tahun 2019, akan tetap dilanjutkan, di empat kota hingga akhir tahun ini, dengan tidak menggunakan logo Djarum pada jersey anak-anak seperti sebelumnya. Setelah Purwokerto, akan dilanjutkan di Surabaya, Solo, dan Kudus. "Kita selesaikan audisi pada tahun 2019 ini dan tidak akan menggunakan logo di kaos yang digunakan oleh peserta audisi sebagainya seperti keinginan dari KPAI," kata Humas PB Djarum, Yuni Kartika. Ditambahkan Yuni, pihaknya kini juga menunggu tindak lanjut, saran Menpora Imam Nahrawi dan Ketua KOI, Erick Thohir, tentang perlunya mediasi, untuk menemukan solusi terbaik dari polemik ini. Yuni yakin semua pihak pasti ingin bulutangkis Indonesia maju dan terus berprestasi.Menurut Yuni, keputusan menghentikan audisi umum beasiswa bulu tangkis pada tahun depan banyak disesalkan warga. Sebab, penghentian audisi akan memupuskan harapan dari anak-anak bangsa yang ingin menjadi atlet bulu tangkis."Ada beberapa orangtua yang menanyakan tentang penghentian audisi ini. Mereka menanyakan, 'Lalu bagaimana jika ingin masuk klub bulutangkis PB Djarum?' Ya enggak tahu nanti bagaimana," katanya.Menurutnya, PB Djarum selama 50 tahun terakhir menjadi klub bulu tangkis yang konsisten melakukan pembinaan terhadap atlet-atlet muda. Banyak atlet bulu tangkis kelas internasional yang dilahirkan dari PB Djarum."Dengan mencantumkan nama PT Djarum karena itu kan jersey, itu kebanggaan orang memakai kaos tersebut. Dan PB Djarum itu nama klub, bukan sebagai merek dagang rokok atau tembakau. Tapi kalau persepsinya beda ya susah," terangnya."Kalau misalkan ini nanti diganti dengan nama yang lain, kan gak bisa, kebanggaannya Itu adalah menggunakan jersey klub tersebut. Seperti misalnya Manchester United (klub sepakbola), ini dianggap tidak cocok dan ini (nama) harus diganti. Ya mana mungkin itu mau dilakukan," ujarnya.(Dari Berbagai Sumber)