Kecelakaan kapal banyak terjadi di perairan Indonesia, dengan berbagai faktor. Kobannya banyak hingga ratusan orang. Berikut kecelakaaan kapal yang susah dilupakan
newsplus.antvklik.com - KM Santika Nusantara terbakar di perairan Laut Utara Pulau Masalembo, Jawa Timur pada Kamis (22/08/2019) malam. Tiga orang meninggal dunia, sementara 293 penumpang dan awak kapal lainnya selamat.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Prasetya Budiarto, menyatakan bahwa tiga orang yang meninggal yaitu seorang ABK (anak buah kapal) dan dua penumpang. Menurutnya, korban tewas bukan karena terbakar, melainkan karena "kelelahan".
Kecelakaan kapal terjadi dengan banyak faktor. Di antaranya, kelebihan muatan, cuaca buruk, sampai tabrakan antar kapal. Kecelakaan kapal penumpang ini menelan korban yang tidak sedikit. Penumpang yang selamat biasanya mengalami trauma hebat akibat insiden kapal. sedangkan korban nyawa juga bukan sedikit. Ada yang mencapai ratusan orang.
Dilansir newsplus.antvklik.com dari berbagai sumber, inilah tragedi kapal yang menelan korban terbanyak di Indonesia.
Merupakan kecelakaan kapal paling tragis di Indonesia. Kecelakaan terjadi pada 25 Januari 1981.
Saat itu, laut sedang terjadi badai hebat yang menyebabkan kebocoran di beberapa bagian mesin kapal.
Akibatnya bahan bakar mulai merembes ke beberapa bagian. Tanpa sengaja seseorang membuang puntung rokok yang menimbulkan percikan api. Api yang mulai membesar langsung menjalar ke dek lain yang berisi benda mudah terbakar.
Kapal yang menampung 1054 penumpang dan 82 kru kapal tenggelam di sekitar kepulauan Masalembo-Laut Jawa.
Meski sudah dilakukan berbagai upaya pemadaman, kru kapal tak mampu memadamkan.
Ledakan besar terjadi pada 27 Januari 1981 setelah api masuk ke bagian ruang mesin. Akibatnya kapal miring menjadi 45 derajat.
Total 753 korban berhasil diselamatkan, sementara 143 korban tewas dan 288 lainnya hilang. Lambannya pencarian korban terjadi karena badai laut yang terus terjadi
Kapal motor yang sedang melakukan perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah, Boven Digoel tenggelam pada 8 Juli 2005 sekitar pukul 23.15 WIT di perairan Arafura.
Sebanyak 14 penumpang dan dua awak kapal berhasil diselamatkan, 84 orang ditemukan tewas dan 100 penumpang hilang.
Penyebabnya selain badai juga akibat kapal kelebihan muatan. Kapal seberat 150 ton ini seharusnya hanya mampu menampung 153 penumpang, tapi menurut saksi mata, penumpang lebih 200 orang.
Sebagian besar penumpang adalah anak-anak asal Digoel yang hendak pulang ke kampung halaman selama masa liburan. Tak cuma kelebihan penumpang, pada bagian dalam kapal juga berisi alat-alat berat. Seperti dua buah buldoser, 600 sak semen, besi beton, bahan bakar minyak, dan masih banyak lagi.
Kapal mengalami kebakaran beberapa jam setelah meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok (22/2/2017) menuju Pulau Bangka.
Lebih dari 290 penumpang dapat diselamatkan, sementara 51 orang tewas dalam
musibah ini.
Kelebihan muatan menjadi faktor terjadinya kecelakaan. Dalam catatan tertulis jika kapal mengangkut 228 orang, sementara Angkatan Laut menyatakan jika penumpang lebih dari 350 orang.
Apa yang membuat banyak orang prihatin akan kecelakaan yang terjadi pada 22 Februari 2007 karena kapal feri ini tak mencatat jumlah penumpang secara benar.
Tragedi belum usai, tiga hari setelah kebakaran, yakni 25/2/2007, kapal tenggelam ketika wartawan dan petugas investigasi melakukan penyelidikan dalam kapal. Kejadian ini menewaskan satu orang dan tiga orang lainya hilang.
Kapal feri berjenis ro-ro yang tenggelam di utara Danau Toba, Sumatera Utara, pada Senin (18/6/2018). Dari Simanindo di Kabupaten Samosir menuju Tigaras di Kabupaten Simalungun.
Sedikitnya 200 penumpang hilang akibat tenggelamnya kapal ini. Selama pencarian tiga orang meninggal dunia serta 21 orang selamat.
Dari berbagai sumber.