Namanya makin dikenal, apalagi kemampuannya menjadi empu pembuat keris pusaka bertuah. Kala itu negeri Majapahit sedang menjemput keruntuhannya. Kekuasaan negeri ada di tangan Prabu Brawijaya V yang bernama Bre Kertabhumi. Banyak kerajaan-kerajaan taklukan mulai menelikung Majapahit.
Salah satunya Kerajaan Blambangan. Utusan Raja Blambangan berhasil mencuri keris pusaka negeri yang dinamai Kiai Sengkelat. Dari banyak empu pembuat keris pusaka bertuah, nama Jaka Tarub disebut-sebut. Prabu Bravijaya V pun mempercayakan pembuatan keris kepada Jaka Tarub.
Keris hasil tempaan Jaka Tarub akhirnya jadi dan dinamai Kiai Segara Wedang. Keris inilah yang kemudian menggantikan Kiai Sengkelat sebagai pusaka negeri. Prabu Brawijaya V akhirnya menghadiahi nama yang lebih pantas yaitu Jaka Supa Anom sekaligus menghadiahi salah satu selirnya yang bernama Dewi Nawangwulan.
Dari pernikahan mereka lahirlah putri jelita Retno Nawangsih. Jaka Tarub yang sudah mendapat nama kehormatan Jaka Supa Anom menjadi pemuka di wilayah itu dan dimuliakan warganya dengan nama Ki Ageng Tarub. Lalu bagaimana kaitannya antara Ki Ageng Tarub dengan lahirnya raja-raja Mataram? Pada suatu hari Prabu Brawijaya V mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat Ki Ageng Tarub. Utusan itu bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya.
Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya V yang tidak diakui. Kemudian Bondan Kejawan diminta tinggal bersama di desa Widodaren.
Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya dinikahkan. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra, Ki Getas Pandawa. Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Selo, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram Islam.
Trah Mataram Islam memiliki pengaruh dan hegemoni kuat di tanah Jawa sejak abad 17 silam.