Petang itu matahari mulai lengser meninggalkan maghrib. Kampung Kenyot di lereng Gunung Kedut pun mulai sepi. Teriakan jangkrik mengumpat manusia mulai terdengar. Omelan katak mengolok-olok manusia mulai bersahutan. Angin pun mulai membalas dendamnya menusuk-nusuk kulit dan tulang manusia melalui hembus nafasnya nan dingin. Nun jauh di ujung kampung nampak pancaran sinar petromak menerangi rumah sederhana nan asri dan bersih. Orang kampung situ menyebutnya Rumah Bacot. Loh?! Iya, karena di rumah itulah bacot-bacot kerap dikumandangkan. Para pembacotnya mulai dari manusia, peri, bidadari, jin, malaikat hingga iblis pernah ngebacot di rumah itu. Wow! Tidak ada yang tahu bagaimana rumah itu menjadi rumah kumpul semua makhluk, baik yang tampak maupun tak tampak, sekala maupun niskala. Adalah Sastro Prawiro Jagatnotho, karib disapa Mbah Sastro, si tuan rumah. Rezekinya berlimpah, kaya raya, ilmunya sangat dalam dan kebaikan hatinya dimegahkan para pendaras suluk. Saat gempa besar mengguncang bumi, Sang Hyang Nganu mengangkatnya menjadi Marbot Langit. Biarlah, suka-suka Dia … Malam itu bertepatan dengan bulan yang pamer purnamanya, tujuh bidadari turun dari KaHyangan berkunjung ke Rumah Bacot. Ada apa gerangan? Ternyata mereka hendak mengajukan pensiun dini sebagai bidadari. Kami pengin menikah! Begitulah kata mereka. “Mengapa?”, tanya Mbah Sastro. “Setelah mendengar cerita dari Nawangwulan, kami pengin juga merasakan pernikahan dengan penduduk bumi dan punya anak.” kata salah seorang diantara mereka yang mirip Jennie BLACKPINK. “Bukankah kalian ditugaskan Sang Hyang Nganu untuk menjomblo sambil meramaikan surga?”, Mbah Sastro balik bertanya. Mereka berteriak, “Enak saja! Kami bukan pelacur yang harus melayani urusan selangkang manusia-manusia bumi yang maunya gratisan!” Mbah Sastro terhenyak, jantungnya berdegub cepat. Ya, jika benar begitu, maka itulah kesalahan terbesar dalam sejarah jagat KaHyangan. Tiba-tiba Nawangwulan menangis, terbersit kisah masa lalu di danau Toyawening. Wisatanya di tengah Hutan Wanawasa bersama enam bidadari yang lain jadi petaka. Hidupnya kusam saat bersama Jaka Tarub. Alih-alih menjadi istri, dia hanyalah seperti seorang asisten rumah tangga. Bersih-bersih rumah, menumbuk gabah menjadi beras, memasak dan menuntaskan urusan ranjang. Seperti inikah kehidupan suami-istri di bumi? Nawangwulan menyembunyikan kisah kehidupannya dengan Jaka Tarub rapat-rapat. Hanya kisah menyenangkan yang dia bagikan pada bidadari yang lain. Bercengkerama sambil menikmati angin sepoi di lembah, mencicipi belut goreng, makan sayur lodeh campur pete dan semua hal yang asyik. Enam bidadari sahabatnya juga ingin merasakan pengalaman yang sama. Minta dicarikan jodoh lelaki bumi. Begitulah, seperti manusia, mendorong-dorong kaumnya untuk mencari jodoh, menikah, punya anak, punya menantu, punya cucu begitu seterusnya. Segala hal indah disodorkan namun segala hal yang tidak mengenakkan disembunyikan. Ah, sama ternyata di Bumi manusia dan dunia KaHyangan. “Carikan kami suami orang bumi, Mbah,” pinta mereka. “Bukankah jodoh itu urusan Sang Hyang Nganu?”, tanya si Marbot Langit. “Memang Sang Hyang Nganu telah menentukan perjalanan hidup kami. Mencatatnya di buku kuarto yang besar. Namun di situ juga banyak pilihan-pilihan yang bisa kami ambil. Kami memilih untuk pensiun dini menjadi bidadari. Kami memilih untuk menikahi orang bumi. Kami memilih untuk hidup di bumi.” Mbah Sastro mengangguk-angguk sambil menggaruk kepalanya yang mulai botak. Dia menyeruput es teh setengah manisnya lalu mulai membacot. Ya! Memang kalian tidak beda dengan orang bumi. Semisteri apakah soal jodoh? Banyak manusia galau karenanya, bahkan juga kalian para bidadari. Begini, para manusia dan bidadari bahkan para jin memang berhak memilih dan memilah jodohnya. Memilih jodoh sesuai kata hati artinya mereka punya ikatan rasa, ikatan hati yang lebih indah dari hanya sekedar ikatan materi. Ganteng, kaya, punya jabatan tinggi tentu menarik untuk menjamin prestise rumah tangga. Namun apakah iya pasangan itu berperilaku baik, santun, mengayomi dan bertanggungjawab? Para bidadari menyimak. Mereka mulai jatuh hati pada Mbah Sastro. Memilah jodoh artinya melakukan seleksi pada calon pasangannya. Mana calon yang menginspirasi kehidupan rumah tangga yang sakral penuh kasih. Mana calon yang mampu mendukung pasangannya untuk berkembang dan lebih baik. Jika tidak menginspirasi apa gunanya? Salah satu bidadari yang mirip Agnes Monica mulai gerah. Selendangnya dilepas dari pundak. Kebayanya pun dicopot. Celana gemes yang dikenakannya membuat Mbah Sastro terbelalak gemes. “Mbah …”, Agnes Monica KW itu menyentuh lembut tangan Mbah Sastro. Sontak Sang Marbot Langit ini terbangun dari lamunan celana gemes. Jadi, jodoh tidak bisa ditunggu, harus diupayakan, dikejar, diwujudkan. Bagaimana mungkin kalian di rumah terus tanpa bersosialisasi, tidak dikenal orang lain lalu serta merta dilamar orang? Butuh mukjizat tentunya! Bagaimana mungkin kalian tidak berpatut, rapi, harum maupun mempercantik diri lalu berharap ada lelaki jatuh cinta pada kalian? Jadilah menarik! Hidup ini bagai cermin. Apa yang kalian patutkan untuk diri sendiri akan menarik lawan jenis yang punya frekuensi sama. Mau punya jodoh yang ganteng? Semua mengangguk kecuali Nawangwulan. Dia teringat Nawangsih, anaknya yang dirawat Jaka Tarub. Kalau mau ya patutkan diri kalian. Percantik diri kalian maka yang ganteng akan merapat. Percantik hati dan pikiran kalian maka yang istimewa akan datang untuk kalian. Banyak-banyaklah membaca, berdiskusi maka pengetahuan dan ketrampilan kalian akan memukau anak-anak Adam. Nawangwulan melirik Mbah Sastro. Samar-samar ia mengingat mantan kekasihnya di KaHyangan. Nawangwulan tersenyum. Mbah Sastro tetap woles, cool dan flamboyan. Namun ingat satu hal yang tidak boleh kalian lupa! Apa itu? Berpikir positif! Percayalah, kalian cantik memikat dan akan terus begitu selamanya. Tanamkan ini pada pikiran dan kesan kalian selamanya. Spontan ketujuh bidadari itu memeluk dan mencium Sang Tuan Rumah Bacot bagai anak-anak yang menemukan kembali kasih seorang bapak. Mbah Sastro tersenyum haru, sambil bergumam … celana gemes! Baca juga: Bukan Mata Keranjang Tapi Mata ke Ranjang! Siapa Mereka?
Jomblo ... Ini Kiat Bidadari Mencari Jodoh
Kamis, 15 Agustus 2019 - 18:23 WIB
Baca Juga :