Miniatur Pesawat Tempur Khas Kemerdekaan Bertahan Di Tengah Keterbatasan

Miniatur Pesawat Tempur Khas Kemerdekaan Bertahan Di Tengah Keterbatasan (Foto : )

Tradisi membeli miniatur pesawat tempur khas kemerdekaan yang sering disebut pesawat Telok Abang menurun dratis. Mainan khas warga Palembang ketika 17 Agustusan ini mulai ditinggalkan secara perlahan.

Ahmad Zakaria seorang pengrajin pesawat telok abang mengungkapkan jika tahun ini pesanan mainan buatannya menurun. Penurunannya mencapai 50 persen dibanding tiga tahun lalu, saat telok abang masih jaya.

“Bulan Agustus biasanya kita panen telok abang. Tapi sekarang sudah ga lagi. Dulu kita bisa jual sampai seribu buah, sekarang cuma lima ratus,” jelas Ahmad.

Ahmad Zakaria warga Silaberanti, Palembang mencoba bertahan dengan keadaan ini. Ia tak patah arang meskipu barang dagangannya sepi pembeli.

“Sekarang susah jual telok abang. Sudah tidak seramai dulu. Sepertinya anak-anak lebih tertarik dengan game yang ada di gadget,” kata Ahmad.

Satu buah pesawat telok abang dijual seharga Rp.20 ribu rupiah. Ahmad sudah 15 tahun menggeluti usaha pesawat telok abang. Setiap pembelian pesawat telok abang biasanya Ahmad memberikan bonus berupa telur yang dicat merah.

“Sekarang saya sudah tidak bikin telur merah lagi. Karena pesawatnya juga sudah tidak laku.” kata Ahmad.

Selain sepi pembeli, Ahmad juga mengaku bahan baku pesawat telok abang juga makin sulit dicari. Ahmad kesulitan mencari akar kayu gabus asli. Kayu gabus sudah banyak ditebang untuk diganti dengan tanaman kelapa sawit.

“Kita pake akar kayu gabus. Akar kayu gabus kita jemur selama satu minggu. Tapi sekarang dapat bahannya susah. Udah jadi kebun sawit,” lanjut Ahmad.

Sekarang Ahmad hanya bisa berharap dan berdoa. Berharap pemerintah mau membantu modal dan pelatihan untuk pengrajin kecil seperti dirinya. Dan berdoa, agar Tuhan YME melapangkan rezekinya.

Sumber:  Ganda Kopatraa/ANTV