Sebagian warga menyebut penganan ini dengan risol ada juga menyebutnya risoles. Umumnya, risol berbahan dasar tepung beras atau tepung terigu. Nah ternyata, selain tepung terigu dan beras, bahan dasar risol juga bisa dari buah sukun. Mahasiswa Politeknik Jember sudah mencoba dan rasanya tak kalah gurih dengan risol berbahan tepung.[caption id="attachment_159968" align="alignnone" width="904"] daging buah sukun ditumbuk kemudian diaduk dijadikan adonan[/caption]Buah sukun dipilih karena banyak tumbuh di Pulau Jawa. Jadi, tak perlu khawatir dengan kenaikan harga tepung terigu yang bahan bakunya gandum. Daging buah sukun, sering di olah menjadi gorengan atau di kukus. Tekstur sukun yang berserat sangat cocok sebagai bahan kulit risoles. Dan saat di goreng menjadi renyah dan gurih.Tak hanya sebagai kulit risol saja, daging sukun yang telah dikukus juga bisa di gunakan sebagaui isian dalam risoles dengan kombinasi bahan lain seperti daging, sayuran dan wortel.Pembuatan kue risoles sukun ini pun cukup mudah dan hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Pertama untuk kulit daging sukun direbus lalu di haluskan dan di campur sedikit air lalu diaduk, Setelah cukup kental, adonan tersebut lalu di panaskan di atas loyang panas. Kemudian adonan ditiriskan. Sambil menunggu adonan dingin ,buat isian sukun yang telah diris-iris sberbentuk dadu dan dikombinasi dengan wortel dan daging.Isian lalu dimasukkan kedalam kulit dan digulung dan di taburi tepung roti halus. Setelah itu, digoreng kedalam minyak panas selama kurang lebih 10 menit risoles sukun siap dihidangkan.[caption id="attachment_159967" align="alignnone" width="900"] mahasiwa politeknik Negeri Jember memuat risoles berbahan sukun[/caption]Camelia Mahisiswi Politeknik Negeri Jember menjelaskan, sukun yang juga mengandung protein digunakan masyarakat. Meski bahan dasarnya lebih murah, namun olahan dari buah sukun juga tak kalah enak dan bergizi.Tak hanya risoles, Mahasiswa Polije juga mengembangkan olahan lain dari bahan dasar umbi umbian seperti cupcake dan olahan puding Laporan Sinto Soffiadin
