sare (tidur),” Bapak memberi nasehat dengan lirih.Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau Bapak terbebani juga dengan kesedihan saya. Saya sampaikan ke Bapak, “Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu.”Bapak memegang tangan saya sambil berucap,“Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas. Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain. Dekatlah, dan ber sender lah (bersandar) selalu kalian semua hanya kepada Allah. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke surga. Doakan Bapak dan Ibumu.”Saya terdiam takut, tak dapat menahan air mata.Setelah istirahat sebentar, Bapak melanjutkan pesannya. "Bapak bangga pada kalian semua anak-anak Bapak. Selama ini menemani bapak terus. Bapak menyayangi kalian semua, tapi Bapak harus kembali menghadap Illahi,” Bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu Bapak meneruskan lagi bicaranya.“Teruskan apa yang sudah Bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Jaga baik-baik yayasan yang Bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak. “Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga.”“ Wis
Kisah Mbak Tutut Menjelang Wafatnya Pak Harto
Kamis, 27 September 2018 - 16:41 WIB
Baca Juga :