Di belakang lingkaran setir, Ade Iriyani tergeragap. Polisi tetiba menyetop laju mobilnya saat perempuan 32 tahun warga kawasan Tebet, Jakarta Selatan, ini baru saja membelokkan mobil sedannya menginjak jalan MT. Haryono, di Rabu pagi, 1 Agustus 2018. Ade Iriyani terciduk kebijakan ganjil genap perluasan. Nomor pelat mobilnya berujung angka genap.Kelar masa sosialisasi sedari 2 Juli 2018 lalu, kebijakan ganjil genap yang diperluas memang berlaku resmi mulai 1 Agustus 2018. Ada 13 ruas jalan di ibukota -termasuk jalan MT. Haryono- yang menjadi tempat penerapannya. Dasar hukumnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 77 Tahun 2018 soal pengaturan lalu lintas di sejumlah jalan di Jakarta. Gubernur Anies Baswedan meneken beleid itu sehari sebelumnya, Selasa, 31 Juli 2018.Direktorat Lalu lintas Polda Metro Jaya melansir data ada 1.102 pelanggar ketika pemberlakuan kebijakan ganjil genap hari pertama belum lagi tamat di jam 21.00 WIB. Dan gampang ditebak, rupa-rupa drama lantas tersaji di jalan raya. Banyak pelanggar yang ogah ditilang polisi. Pun dengan seorang Ade Iriyani yang sempat ngotot. “Saya itu biasa lewat sini, tahu ada aturan ganjil genap tapi harusnya kan ketika sosialisasi sebulan kemarin ada petugas yang jagain yang stop-in kalau ada mobil yang melanggar, ditegur gitu. Jadi jangan pas hari ini langsung ditindak. Sebulan kebelakang kemarin polisi harusnya sudah menegur kalau ada yang salah, jangan cuma papan plang pengumuman saja. Mangkanya hari ini saya lewat saja, saya pikir juga gak bakal ada penindakan,” ungkap Ade. Polisi bergeming. Surat tilang disodorkan ke Ade. “Iya kena tilang, disidang nanti di pengadilan tanggal 10 Agustus kalau gak salah,” kata AdeKebijakan ganjil genap yang diperluas, diadakan lebih untuk menyukseskan hajatan olah raga paling akbar se-Asia, Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, mulai 18 Agustus hingga 2 September 2018.Dewan Olimpiade Asia atau OCA mematok standar waktu tempuh maksimal 34 menit dari Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, ke semua venue Asian Games di Jakarta dan sekitarnya. Gampang diduga, target itu mustahil direngkuh jika tak dibarengi dengan rupa-rupa rekayasa kebijakan, lantaran kadar kemacetan lalu lintas ibukota yang kadung horor. Dan jika itu terjadi, nama bangsa Indonesia yang jadi taruhannya. Kebijakan ganjil genap yang diperluas juga punya manfaat baik ikutannya : kualitas udara Jakarta yang membaik. Lewat siaran pers tertulis pada medio Juli lalu, Kepala Dinas Lingkungan DKI Jakarta, Isnawa Adji, mengklaim kualitas udara Jakarta membaik sejak masa sosialisasi ganjil genap yang diperluas mulai 2 Juli 2018. “Secara umum, semua parameter kualitas udara Jakarta masih di bawah baku mutu. Tapi dengan penerapan ganjil genap ini, polutan-polutan yang bersumber dari kendaraan bermotor semakin berkurang,” ujarnya. Hasil monitoring kualitas udara di beberapa stasiun udara di sejumlah titik, seperti di Stasiun DKI 1 Bundaran Hotel Indonesia, terpantau konsentrasi CO turun 1,7 persen, konsentrasi NO turun 14,7 persen, dan konsentrasi HC turun 1,37 persen.Berangkat dari alur cerita seperti itu, kebijakan ganjil genap yang diperluas saat ini bukanlah kebijakan sembarangan. Ada muatan kebangsaan di dalamnya : demi Indonesia sukses dikenang sebagai tuan rumah yang reputasinya wangi. Galibnya, semua warga bangsa harus ikut menyokong. Pengorbanan memang mesti dimintakan. Dan itu relatif kecil saja kadarnya. Jika tak bisa menjadi seorang Lalu Muhammad Zohri yang bikin harum nama bangsa dengan menyabet medali emas kejuaraan dunia atletik U-20 nomor lari 100 meter di Finlandia, sesiapa yang patuh pada kebijakan ganjil genap yang diperluas, rasanya tak kurang nilai sumbangannya.Ini ganjil genap kebangsaan, bung...!!
Ini Ganjil Genap Kebangsaan, Bung...!
Kamis, 2 Agustus 2018 - 19:02 WIB
Baca Juga :