www.anvklik.com – Cabang olahraga tenis meja Asian Games XVIII/2018 hanya memperebutkan lima medali emas, dari maksimal tujuh yang lazimnya dialokasikan di single-event akbar atau multi-event. Dua nomor yang tidak dipertandingkan adalah ganda putra dan ganda putri. "Itu sudah ditetapkan sejak awal, dari kesepakatan negara-negara peserta cabor ini dan diputuskan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA)," ungkap Oegroseno, Ketua Umum PP PTMSI, Selasa (31/7) di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jakarta Selatan. Mampukah timnas tenis meja mencuri satu medali emas ? seberapa besar peluangnya?Dari lima nomor yang dipertandingkan, kata Oegroseno, diharapkan teraih empat medali. Yakni, dua medali perak dan dua medali perunggu. Dua perak didambakan dari nomor beregu putra dan ganda campuran. Sementara dua perunggu diperjuangkan dari beregu putri dan tunggal putra."Itu berdasarkan evaluasi tim pelatih dari hasil latihan selama pelatnas di China dan dari try-out yang dilakukan dengan mengikuti sejumlah turnamen ITTF (Federasi Tenis Meja Internasional)," jelas Oegroseno, mantan wakapolri yang sudah memimpin organisasi tenis meja nasional sejak 2013.Indonesia akan menampilkan 10 pemainnya di kompetisi tenis meja Asian Games XVIII/2018 ini. Yakni, Ficky Supit Santoso, Muhammad Bima Abdi Negara, Donny Prasetya Aji, Luki Purkani dan Deepash Anil Baghwani (putra), serta Gustin Dwijayanti, Lilis Indriani, Kharisma Nur Hawwa, Atikah Dwi Rahayu dan Rina Sintya (putri). Mereka ditangani oleh pelatih Haryono Wong dan Novita Oktariyani, sementara Sugeng Utomo Suwindo menjadi manajer tim.Oegroseno menuturkan, kompetisi tenis meja Asian Games XVIII/2018 ibarat "kejuaraan dunia mini" karena sebagian dari pesertanya adalah para pemain tangguh dari negara-negara yang secara tradisional menjadi barometer kekuatan tenis meja dunia. Misalnya, China, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Hal itu, tentunya, membuat persaingan perebutan lima medali emas menjadi sangat ketat. Namun, pemain Indonesia sudah sejak awal dibebani target, sehingga diharapkan tak sekadar menjadi penonton.Oegroseno sendiri bukannya tidak menyadari beratnya beban yang disandang timnas tenis mejanya. Walau begitu, ia menekankan, para pemain wajib diberikan target sehingga ada rasa tanggung-jawab untuk memperjuangkannya secara maksimal. "Apa pun kan mesti diperjuangkan. Saya kira, sebagai pemain nasional dan tampil dengan membawa nama bangsa, hal itu tidak menjadikan beban. Justru mestinya menjadi tantangan buat mereka. Mereka harus menunjukkan keseriusannya, memperlihatkan semangat juang yang luar biasa. Kalau sudah sangat serius menghadapi pertandingannya, dengan semangat juangnya yang luar biasa, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Apa yang mungkin sulit dicapai bisa saja mereka capai," papar Oegroseno, yang menyaksikan latihan timnasnya di Pusdiklat PLN, Ragunan, bersama tiga legenda tenis meja nasional, Tonny Meringgi, Anton Suseno dan Ismu Harinto.Tiga legenda tenis meja nasional memberikan suntikan semangat dan motivasi kepada para yuniornya yang akan tampil di Asian Games XVIII/2018. Mereka adalah Tonny Meringgi, Anton Suseno, dan Ismu Harinto.Mereka melihat latihan Timnas Tenis Meja Asian Games di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jakarta Selatan. Kedatangan mereka sengaja diutus oleh Yayuk Basuki, ketua IOA, Indonesia Olympian Association. IOA adalah wadah berhimpunnya atlet-atlet nasional multi cabang olahraga yang pernah tampil di Olimpiade.Bukan sekadar kebetulan jika Tonny Meringgi, Anton Suseno dan Ismu Harinto berasal dari cabang olahraga yang sama yakni tenis meja. Ketiganya sebelum ini sudah mendatangi pelatnas cabor lainnya, baik yang dipertandingkan di Jakarta dan Palembang, Sumsel. Tonny Meringgi bahkan baru Selasa siang kembali dari Palembang, dan langsung ke tempat latihan Timnas Tenis Meja Asian Games di Pusdiklat PLN, Ragunan, JakselKetua Umum PP PTMSI Oegroseno mengapresiasi kehadiran tiga Olympian yang juga legenda tenis meja nasional tersebut. Ia berharap 10 atletnya yang akan berkompetisi di Asian Games XVIII/2018 dapat memetik pelajaran dari pencapaian luar biasa ketiga Olympian. "Tentunya juga kesuksesan mereka dapat menjadi inspirasi dan memacu diri guna memberikan yang terbaik bagi bangsa ini," kata Oegroseno dihadapan ke-10 atletnya.Ke-10 petenis meja Indonesia yang akan berkompetisi di Asian Games XVIII/2018 ini adalah Ficky Supit Santoso, Muhammad Bima Abdi Negara, Donny Prasetya Aji, Luki Purkani dan Deepash Anil Baghwani (putra), serta Gustin Dwijayanti, Lilis Indriani, Kharisma Nur Hawwa, Atikah Dwi Rahayu, dan Rina Sintya (putri). Mereka ditangani oleh duet pelatih Haryono Wong dan Novita Oktariyani, sementara Sugeng Utomo Soewindo menjadi manajer tim."Kalian tahu apa artinya Olympian?" Sugeng Utomo melontarkan pertamyaan itu kepada para pemainnya. Ia langsung melanjutkan sesaat tidak ada yang menjawab."Olympian itu adalah atlet -atlet yang pernah bertanding di Olimpiade. Tidak mudah untuk bisa bertanding di sana, karena untuk tenis meja bahkan harus mewakili zona Asia," papar Sugeng Utomo, legenda tenis meja Indonesia dari era 1970-an.Ia lalu menunjuk Ismu Harinto, pemain terakhir dari Indonesia yang bertanding di Olimpiade tahun 2000 di Sydney, Australia. "Jadi sudah 18 tahun tidak ada pemain Indonesia yang tampil di Olimpiade. Saya berharap kedepannya ada yang memperoleh kesempatan berharga itu, siapapun di antara kalian," Sugeng Utomo menjabarkan.Satu persatu ketiga Olympian memberikan suntikan motivasi kepada para yuniornya tersebut. Anton Suseno, yang tiga kali tampil di Olimpiade, yang pertama berbicara. Ia menguraikan bagaimana para atlet senior mempertahankan level penampilannya dengan senantiasa berlatih serius, termasuk dengan terus memotivasi diri melalui latihan-latihan keras walau tanpa pelatih. "Kalian harus berjuang untuk meningkatkan kondisi fisik dan mengasah mental," demikian antara lain disampaikan Anton Suseno, yang menjadi ketua IOA sebelum Yayuk Basuki.Ismu Harinto yang berbicara setelah Anton Suseno, mengemukakan harapannya agar para pemain muda ini mampu untuk terus menerus meningkatkan kepercayaan dirinya, bertanding all-out dan tidak minder. Jangan takut kalah sebelum bertanding, kata Ismu. "Mereka juga makan nasi, sama dengan kalian, jadi kenapa harus gentar!" Ismu membakar semangat yuniornya.Tonny Meringgi yang berbicara terakhir, menyampaikan harapannya agar para pemain memanfaatkan sisa waktu yang tersisa dengan berlatih semaksimal mungkin. Ia meminta mereka untuk bertanding dengan kemampuan teknik yang lebih baik setelah menjalani pelatnas hampir lima bulan di China dan try-out di banyak event internasional.Namun demikian, Tonny Meringgi sebelumnya sempat mengurai kekhawatirannya, apakah para pemain muda ini mampu mempertahankan kemajuan yang mereka peroleh dalam pelatnas di China setelah mereka kini kembali ke Indonesia.
Mampukah Tenis Meja Raih Medali Emas Asian Games?
Rabu, 1 Agustus 2018 - 18:00 WIB
Baca Juga :